Rabu, 27 Mei 2009

Menulis Buku


Januari hingga April 2009 lalu telah diadakan perkuliahan dengan materi Menulis Buku dengan pengajar Pdp. Tony Tedjo, M.Th. Peserta adalah mahasiswa STT Bandung Literature and Bible Studies. Pertemuan ini diadakan sebanyak delapan kali dan diikuti oleh lima belas mahasiswa. Pada akhir pertemuan, setiap mahasiswa menyerahkan hasil kerja keras mereka dalam membuat tulisan yang diformat menjadi sebuah buku. Bila dinilai, sekitar 85% karya mereka layak dilanjutkan untuk dicetak menjadi sebuah buku.
[Tony Tedjo dapat dihubungi di 081394401799 atau tony_kharis@yahoo.com]

PENTAKOSTA: PENGURAPAN ROH KUDUS
















Peristiwa Pentakosta pertama kali dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:1-12 yang diadakan di kamar loteng Yerusalem, dan dihadiri oleh 120 orang murid Yesus. Mereka tetap berada di sana untuk menantikan penggenapan janji Bapa yang akan mencurahkan Roh Kudus atas diri mereka (Kisah Para Rasul 1:4). Dalam peristiwa Pentakosta pertama ini ada beberapa hal yang terjadi. Pertama, para murid yang hadir semuanya dipenuhi oleh Roh Kudus dan mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, yang sebelumnya tidak dimengerti oleh mereka (Kisah Para Rasul 2:4). Sehingga membuat takjub orang-orang di sekitar tempat mereka berkumpul. Kedua, para murid yang semula dihantui rasa takut dan perasaan malu untuk mengakui bahwa mereka adalah murid Yesus, mendadak menjadi berani untuk bersaksi tentang Yesus yang adalah Tuhan dan Juruselamat. Perubahan yang sangat mencolok terlihat pada diri Petrus. Dia sangat radikal membela Yesus, akibat pembelaannya membuat banyak orang bertobat dan dibaptis (Kisah Para Rasul 2:41). Akhirnya para murid yang lain pun dengan berani bersaksi dan memberitakan Injil kepada semua orang. Inilah awal mulanya kebangungan rohani pada gereja Tuhan.
Pentakosta merupakan hari di mana Roh Kudus dicurahkan atas diri orang percaya. Seperti yang kita ketahui bahwa Roh Kudus adalah pribadi (Allah), bukan sekadar kata-kata atau benda mati. Dia benar-benar nyata dan berkuasa. Roh Kudus mau memenuhi diri setiap orang percaya yang mau menerima kehadiran-Nya atas hidup orang tersebut. Menerima Roh Kudus (dibaptis Roh Kudus) itu cukup satu kali, tidak berulang kali. Tetapi untuk dipenuhi Roh Kudus harus berkali-kali, karena seringkali kapasitasnya berkurang (tidak full). Setidaknya bagi seseorang yang hendak dipenuhi Roh Kudus harus memahami hal berikut: Pertama, milikilah hati yang rindu dan haus selalu untuk dipenuhi oleh Roh Kudus sampai kapasitasnya benar-benar penuh. Dan bila sudah dirasa mulai berkurang, mintalah pada-Nya untuk memenuhi hidup kita kembali. Penting sekali untuk selalu membaca firman Tuhan dan senantiasa berdoa di dalam roh agar hubungan secara roh kita tetap terbina. Kedua, mintalah agar Roh Kudus memberikan karunia-karunia-Nya atas diri kita. Yang harus minimal dimiliki adalah karunia berbahasa roh, di mana dengan karunia ini roh kita senantiasa disegarkan kembali dan merupakan akses roh kita dapat berhubungan dengan Roh Allah secara langsung. Selain itu karunia berbahasa roh juga untuk membantu kita dalam berdoa pada waktu kita tidak tahu harus berdoa apa lagi. Ketiga, mintalah agar Roh Kudus memimpin seluruh hidup kita dalam menjalani hari-hari yang semakin bertambah jahat ini, agar kita tidak terjatuh dan terseret dalam dosa. Roh Kudus yang memberikan kita kuasa untuk menahan serangan kuasa jahat dan mematahkan setiap siasat dan tipu muslihat iblis. Sebab sekarang ini kuasa jahat semakin merajarela, namun semua bisa dikalahkan oleh kuasa Roh Kudus (kuasa Allah).
Bagi Saudara yang belum dibaptis Roh Kudus, mintalah agar Dia membaptismu sekarang juga. Dan jangan biarkan kapasitas kepenuhan Roh Kudus dalam dirimu berkurang, apalagi sampai kering. Segera mintalah kepada Roh Kudus untuk memenuhi kembali bagian yang kurang tersebut. (Pdp. Tony Tedjo, M.Th --- www.schoolofwriting.blogspot.com)

Selasa, 12 Mei 2009

Resensi Buku Bingkai Kehidupan


Buku ini berisi 50 artikel yang sudah dipublikasikan diberbagai media, baik berupa warta, majalah, renungan, koran, buletin, dan lainnya. Di antaranya: "Tiga Jurus Mempersiapkan Masa Depan", "Mengelola Keuangan Keluarga", "Peran Orangtua di Tengah Arus Jaman", "Teman Sejati", "Hukum Karma VS Hukum Tabur Tuai", dan sebagainya.
Isinya sangat menguatkan dan membangkitkan iman bagi setiap orang yang membacanya. Ditulis dengan gaya bahasa yang populer dan mudah dimengerti. Ditulis oleh Tony Tedjo, seorang penulis muda yang produktif. Dan diterbitkan oleh Penerbit Agape Bandung. Tebalnya sekitar 150 halaman. Harga Rp25.000. Dapatkan sekarang juga. Pembelian melalui sms ke nomor berikut akan mendapatkan diskon 30%. Pembelian di atas 50 buku mendapat diskon 40%. Untuk pemesanan hubungi 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com.

Rabu, 06 Mei 2009

TAHUKAH ANDA ...?


* Penggunaan Alkitab saat pengambilan sumpah dalam upacara sebenarnya lahir dari kebiasaan Yahudi kuno dalam membuat suatu janji dan saling mengingatkan bahwa "Allah juga yang menjadi saksi" (Kejadian 31:50). Pada Abad Pertengahan, orang-orang Kristen bersumpah dengan cara mencium atau menjamah salib, Alkitab, atau benda keramat lain yang mereka yakini pernah menjadi milik seorang suci.

* Naskah Alkitab tertua adalah salinan dari Gulungan Laut Mati yang ditulis sekitar 225 sM. Naskah itu merupakan salah satu Kitab Perjanjian Lama, yaitu Kitab Samuel.

* Naskah Perjanjian baru yang tertua dan masih bertahan adalah sebuah potongan Yohanes 18:31-33, termasuk pertanyaan Pilatus kepada Yesus: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" Potongan ini ditulis sekitar tahun 125 M, kira-kira satu generasi setelah penulisan naskah yang asli.

* Kesalahan penyalinan Alkitab menghasilkan julukan-julukan meragukan untuk beberapa edisi. "Alkitab penyeleweng", juga disebut "Alkitab keji", menghapus kata "jangan" dan memerintahkan "berzinah". Percetakan tersebut dikenakan denda dalam jumlah yang besar.

* Terjemahan-terjemahan aneh dari kata-kata kunci melahirkan julukan-julukan pada Alkitab. "Alkitab hama" (lebih terhormat dikenal sebagai Alkitab Coverdale, 1535) yang mendorong para pembacanya untuk tidak gentar terhadap "hama di malam hari". Versi King James kemudian mengganti kata "hama" dengan "kengerian".

* Kata "Alkitab" (Bible) berasal dari bahasa Yunani, papirus (biblos), sejenis tanaman untuk membuat kertas.

* Kata "Injil" (Gospel) berasal dari bahasa Inggris kuno godspell (perkataan Tuhan). Para ahli bahasa Inggris menggunakan kata ini untuk menerjemahkan kata Yunani euangelion, yang berarti "kabar Baik" dan dari sana kita mendapatkan kata evangelist (pengabar Injil).

* Terjemahan kitab dalam Alkitab yang terbanyak adalah Injil Markus (kitab terpendek dari keempat Injil tentang Yesus). Terjemahan kitab ini tersedia dalam sekitar 900 bahasa.

* Orang Kristen adalah kelompok pertama yang membuang tradisi penggunaan gulungan kitab yang telah berlangsung lebih dari 3.000 tahun lamanya. Mereka memakai codex atau bentuk buku. Setiap salinan tulisan orang Kristen yang dapat bertahan dari abad kedua berasal dari buku-buku. Tetapi hanya 14 dari 870 hasil karya non-Kristen pada masa itu yang berbentuk buku. Buku, tercetak pada bagian depan dan belakang, harganya lebih murah dan mudah digunakan.

* Setelah Johannes Gutenberg dari Jerman menemukan mesin cetak pada pertengahan tahun 1400-an, buku pertama yang dicetak adalah Alkitab. Cetakan pertama dilakukan, sekitar 180 buku, terjual habis sebelum cetakan kedua dilakukan. Empat puluh delapan buku dari karya besar ini berhasil dipertahankan.

* Alkitab yang asli tidak memiliki pasal dan ayat. Para ahli menambahkan pasal-pasal pada tahun 1231 dan ayat-ayat pada tahun 1551. (diambil dari buku "Extreme Journey New Testament" terbitan Immanuel, tahun 2006)

Minggu, 03 Mei 2009

ALLAH BAPA


Bapa merupakan sebutan yang biasa dipergunakan oleh seorang anak terhadap ayahnya. Kita, sebagai orang percaya, dapat menyebut Allah kita dengan sebutan Bapa. Sebab kita yang sudah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mendapatkan status baru, yaitu sebagai anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Dan sebagai anak, kita berhak menyebut Allah dengan sebutan Bapa. “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!” (Roma 8:15).
Panggilan Bapa kepada Allah adalah sesuatu yang unik dan merupakan suatu penghargaan bagi kita. Bagaimana tidak, Allah yang adalah Sang Pencipta dapat dipanggil dengan sebutan Bapa atau Abba. Berarti hubungan antara Allah dengan kita begitu sangat dekat. Seperti seorang anak memanggil papahnya.
Bila kita cermati, panggilan Bapa ini hanya dimiliki di kalangan Kristen saja. Agama dan kepercayaan lain tidak ada yang menyebut Allahnya dengan sebutan Bapa. Yang ada hanyalah jurang pemisah antara Allah dengan umat-Nya. Mereka yang di luar Kristen untuk bertemu dengan Allahnya harus benar-benar membersihkan seluruh badannya dan bahkan tidak boleh menyebutkan nama Allahnya. Berbeda dengan kita, yang bisa dengan setiap saat datang menghampiri-Nya di dalam doa dan memanggil nama-Nya, “Bapa”.
Seorang Bapak yang sekarang menjadi pendeta di salah satu gereja di Bandung, pernah bersaksi kepada saya bahwa dia dulu berasal dari agama lain. Selama dia menjalani agamanya yang dahulu, dia berusaha mencari kebenaran, namun tidak dia dapatkan. Bahkan, hubungan antara Allah dengan umat-Nya sepertinya begitu sangat jauh. Ibarat langit dan bumi. Sehingga sangatlah mustahil untuk dijangkau. Namun suatu kali, ketika dia menghadari acara Natal yang menurut anggapannya adalah Natal umum, namun ternyata Natal anak-anak sekolah Minggu. Sesuatu yang luar biasa terjadi. Dia melihat dan mendengar sendiri, anak-anak sekolah minggu berlari ke sana ke mari dengan bebas dan yang lebih membuatnya terperangah adalah bahwa anak-anak tersebut berdoa dan memanggil Allah dengan sebutan Bapa. Suatu panggilan yang belum pernah dia dengar sebelumnya. Di sinilah awal pertobatannya. Bila dahulu dia membaca Alkitab hanya untuk mencari-cari kelemahan dan kesalahan isinya, namun setelah peristiwa itu pikirannya mulai berubah. Alkitab yang dia baca membuatnya semakin percaya kepada Yesus. Lebih-lebih ketika suatu kali Yesus sendiri datang menemuinya. Akhirnya dia menyerahkan hidupnya bagi Tuhan Yesus dan menjadi hamba-Nya.
Sungguh suatu hal yang luar biasa. Kita diberikan suatu kehormatan menyebut Allah dengan sebutan Bapa. Sehingga kita bisa berdoa “Bapa kami yang di sorga”. Bila Allah adalah Bapa kita, maka sudah barang tentu kita sebagai anak-anak-Nya berhak menerima warisan dari-Nya, yaitu sorga.
Lantas bagaimana sikap kita sebagai anak, apakah hanya “berpangku tangan” saja? Tentu saja tidak. Kita harus menjalankan kehendak Bapa, yaitu untuk memberitakan Kabar Baik (berita Injil) bahwa ada keselamatan di dalam Yesus Kristus. Setiap saat dan setiap ada kesempatan ceritakanlah tentang Yesus kepada sebanyak mungkin orang, agar mereka juga diselamatkan. Dan mereka juga mendapatkan status “anak-anak Allah” sehingga dapat menyebut Allah dengan panggilan Bapa.
Hal yang perlu diperhatikan di sini ialah jangan samakan Bapa kita yang di sorga dengan bapa atau papah kita di bumi ini. Sebab bapa kita di bumi adalah manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan dan kelemahan. Karena keterbatasan dan kelemahan inilah yang membuat bapa kita tidak sempurna. Hanya Bapa di sorga sajalah yang sempurna.
Seringkali pengalaman hidup seseorang terhadap bapanya di bumi berpengaruh terhadap pandangannya terhadap Bapa di sorga. Bila bapa yang di bumi ini begitu sangat kejam dan sering menyakitinya, maka dia beranggapan kalau Bapa di sorga pun tidak jauh berbeda dengannya. Pandangan seperti ini salah besar dan sangat membahayakan iman. Sebab bila Allah Bapa dipahami sebagai Bapa yang kejam dan sadis, maka seluruh pandangannya terhadap Allah Bapa akan menjadi rusak dan merusak identitas Allah sendiri sebagai Allah Yang Mahakasih. Bila terus dibiarkan apalagi sampai diajarkan kepada jemaat, akan menyesatkan. (Pdp. Tony Tedjo, M.Th)

TEGUH DI TENGAH BADAI


Pernahkah Anda dalam kondisi seperti ini. Terbaring tak berdaya di ruang UGD pada sebuah rumah sakit? Apa yang bisa dilakukan? Bangun saja tidak bisa, apalagi harus membaca buku atau membaca Alkitab? Dalam keadaan seperti inilah ayat-ayat Alkitab yang sudah pernah kita baca dan hafalkan akan muncul dalam pikiran kita. Ayat-ayat firman Tuhan inilah yang memberikan penghiburan, kekuatan baru, dan pengharapan meski saudara dalam kondisi tak berdaya.
Keadaan dunia yang sedang dilanda krisis ekonomi membuat banyak orang menjadi ciut dan hanyut dalam hal tersebut. Tak sedikit yang lari menggunakan obat-obatan penenang, narkoba, atau bahkan yang bunuh diri karena depresi. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada seorang pun yang dapat menolong, kecuali Allah yang pesan-pesan-Nya dapat kita baca dalam Alkitab. Firman-Nya berkata: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” (Matius 6:34); “Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok pintu dibukakan” (Matius 7:8); “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karen aitu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (I Korintus 10:13).
Hal yang harus diingat oleh kita, bahwa setiap permasalahan dan kondisi buruk bisa saja tiba-tiba menimpa kita. Namun jangan kuatir, bahwa Tuhan akan menolong dan memberikan kekuatan kepada kita agar kita mampu menghadapinya dan menang. Ada tiga yang harus diperbuat oleh kita:
Pertama, bacalah firman Tuhan setiap hari minimal 2 pasal. Renungkanlah berkat apa yang saudara dapatkan. Dan praktekkanlah firman Tuhan tersebut.
Kedua, bagikanlah firman Tuhan kepada minimal 1 orang lain. Bisa dengan mengirimkan sms. Dengan mengirimkan berkat firman Tuhan ini, maka secara tidak langsung juga kita diberkati pula.
Ketiga, ketika berbagai perasaan seperti: kesepian, kegundahan, maupun kekacauan hati menghampiri kita, hadapilah dengan firman Tuhan. Termasuk ketika berbagai godaan hidup yang menyeret kita agar menjauh dari Tuhan, hadapilah juga dengan firman Tuhan. Seperti yang diperbuat Tuhan Yesus. “Ada tertulis dalam Alkitab” (Matius 4:4).
Memang, setelah kita mempraktekkan ketiga hal di atas, tidak dengan serta merta kesusahan itu lenyap. Tetapi setidaknya kita siap menghadapinya sampai menang atas setiap pergumulan tersebut. Intinya, dalam segala keadaan pakailah firman Tuhan. (Pdp. Tony Tedjo, M.Th --- Ketua SOW, Ketua KPR, Penulis Buku dan konsultan. Bisa dihubungi di 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com)