Jumat, 16 Oktober 2009

PIKIRAN, AJANG PENYESATAN


J. Oswald Sanders berkata “The mind of man is the battle ground on which every moral and spiritual battle is fought.”. Memang, di dalam pikiran manusialah seringkali terjadi peperangan antara menuruti kehendak Allah atau terseret pada kehendak setan dan kedagingan. Terkadang dalam peperangan ini, beberapa orang menyerah kalah dan lebih menururuti kehendak setan atau kehendak dagingnya yang cenderung bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Sejak manusia diciptakan Allah di Taman Eden, maka mereka bergumul dengan pikirannya. Hal yang dipertentangkan adalah masalah “buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”, boleh atau tidak memakan buah tersebut? Di satu sisi, Allah sudah berfirman kepada Adam: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kejadian 2:16). Namun, di sisi lain ular (gambaran iblis) memberikan pendapat yang seolah-olah benar dan bijaksana: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jaahat” (Kejadian 3:4-5). Maka timbullah peperangan dalam pikiran Hawa.
Hawa akhirnya terpikat oleh bujukan ular. Dia mulai melirik buah terlarang itu. Pikirannya yang sudah teracuni perkataan si ular mulai beranggapan bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Dari pikiran yang disesatkan ini, Hawa semakin terpuruk, dengan memetik buah terlarang itu dan memakannya. Dan yang lebih paranya, perempuan ini malah memberikan kepada suaminya. Memang, perkataan si ular bahwa setelah makan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, maka matanya akan terbuka dan menjadi “seperti Allah”. Namun sayang, Adam bersama Hawa melanggar perintah Tuhan, sehingga dia menjadi malu akan keadaannya yang telanjang. Dan lebih parah lagi bahwa kemuliaan Allah atas diri mereka sudah hilang. Adam bersama isterinya diusir dari Taman Eden dan harus menerima konsekuensi atas dosanya, terkutuk.
Pikiran manusia menjadi ajang penyesatan dari musuh kita, yaitu iblis. Dia berusaha dengan berbagai cara untuk menjatuhkan anak-anak Tuhan ke dalam dosa penyesatan. Sepertinya pengajaran yang diajarkan sudah sesuai Alkitab, sebab memakai kutipan dari ayat-ayat dalam Alkitab. Tetapi sesungguhnya sudah melenceng jauh dari maksud penulisnya. Dari penafsiran yang salah terhadap ayat tertentu dalam Alkitab, oleh beberapa orang kemudian diajarkan kepada orang lain, sehingga terbentuklah perkumpulan-perkumpulan. Perkumpulan-perkumpulan ini menganggap bahwa pengajaran merekalah yang benar, dan ajaran yang dulu mereka anut itulah yang salah. Padahal, justru pengajaran merekalah yang salah, sebab sudah melenceng jauh dari tujuan utama ayat itu sendiri.
Bahaya dari penyesatan melalui pikiran ini berjalan pelan tapi pasti. Bila seseorang tidak menyadari akan hal ini dapat berakibat fatal. “Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati” (Amsal 21:2). Orang menganggap bahwa jalan yang sedang ia tempuh adalah jalan yang benar, padahal jalan tersebut berujung pada kebinasaan. “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 16:25). Oleh karena itu baiklah kita menjaga pikiran kita dengan beberapa hal berikut:
1. Memenuhi pikiran kita dengan ayat-ayat firman Tuhan. Bacalah setiap hari firman Tuhan, minimal 3-4 pasal. Alangkah baiknya jika ayat-ayat tersebut diucapkan dengan bersuara, sebab akan didengar oleh telinga kita sendiri dan akan menghasilkan iman (Roma 10:17).
2. Pikirkanlah pikiran yang benar dan suci (Filipi 4:8). Memikirkan hal-hal yang baik dan berkenan di hati Tuhan. Jauhkan prasangka buruk dan negatif terhadap suatu peristiwa yang buruk.
3. Bergaullah dengan mereka yang berpikiran baik, hindari bergaul dengan orang yang berpikiran jahat atau buruk.
4. Menyertakan Tuhan dalam setiap perencanaan dan tindakan. Hidup mengandalkan Tuhan, termasuk dalam hal berpikir. Menaklukkan pikiran kita kepada pikiran Kristus.

Kita perlu mewaspadai terhadap adanya bahaya penyesatan yang datang dengan berbagai rupa, seperti tayangan TV yang menayangkan film-film dengan cerita yang seringkali bertentangan dengan firman Tuhan. Kita dituntut untuk berpikir kritis, tidak langsung telan dan menerima begitu saja terhadap berbagai ajaran yang diperhadapkan di depan mata kita. (Dimuat pada Buletin GII Hok Im Tong bernama Euangelion edisi Oktober-November 2009, ditulis oleh Pdp. Tony Tedjo, M.Th --- Hamba Tuhan, Penulis, Konsultan Literatur, Pengajar)

Penyerahan Hak dan Penundukan Diri


Yesus Kristus telah memberikan teladan kepada kita dalam hak penyerahan hak dan penundukan diri. Meski Dia adalah Allah, namun mau merendahkan diri-Nya bahkan taat sampai mati di atas kayu salib untuk menebus dosa seluruh umat manusia. Padahal hukuman yang dia jalani tidaklah seharusnya dia tanggung. Tapi Yesus mau menunjukkan kepada kita bahwa untuk menjadi seorang yang berhati hamba, dituntut pengorbanan, bahkan nyawa sekalipun bila diperlukan.
Meski kita tidak harus mati seperti yang diperbuat Yesus, tetapi setidaknya ada hal-hal lain yang bisa kita teladani dalam hal kerendahatian, seperti: Mau berbagi dengan orang lain di kala mereka membutuhkan pertolongan; memotivasi saudara seiman agar bertumbuh; mengingatkan bila saudara seiman sudah jauh dari Tuhan; membagikan berkat pengalaman rohani (sharing); bersedia melayani di gereja dalam bidang apa saja bila diperlukan; dan sikap lainnya.
Sifat rendah hati itu haruslah dimulai dari dalam diri seseorang (motivasi). Sebab ada juga orang-orang yang di luarnya nampak melayani, namun di dalam hatinya dia bersungut-sungut. Apabila orang tersebut memiliki motivasi yang benar dalam melayani, tentunya persungutan bisa dihindari. Dan yang bisa memampukan seseorang bisa memiliki sifat rendah hati adalah hidup yang senantiasa dipimpin Roh Kudus. Sebab hanya Dialah yang memampukan setiap orang untuk menyangkali dirinya dan mengedepankan Tuhan dalam hidupnya. (Tony Tedjo penulis buku, motivator, pengajar, konsultan literatur, bisa dihubungi di 081394401799 atau tonytedjo@gmail.com)