Rendah hati dan rendah diri bila dilihat sepintas nampaknya hampir sama. Bagi orang awam, kedua istilah ini seringkali diartikan memiliki arti yang sama, padahal berbeda jauh, bahkan bertentangan. Rendah hati diartikan sebagai sikap yang menganggap bahwa diri seseorang yang memiliki kekayaan, kepandaian, maupun pangkat tinggi, namun tidak memamerkan semua hal yang dimiliki tersebut kepada umum. Sebaliknya, orang yang rendah hati menganggap bahwa semua yang dia miliki itu tidak pantas untuk dipamerkan, sebab semua adalah karunia dari Tuhan yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan sikap rendah diri adalah suatu sikap yang menganggap diri seseorang tidak berarti dan sia-sia. Biasanya orang yang rendah diri akan membandingkan dirinya dengan orang lain yang di atasnya, sehingga menganggap bahwa dirinya merupakan orang yang paling malang. Biasanya orang yang rendah diri tidak mau tampil di depan umum karena malu.
Orang yang rendah hati tetap bersikap sederhana meskipun dia memiliki kekayaan melimpah. Tutur katanya sopan dan sikapnya santun. Dalam penampilan di depan umum, dia tampil tidak mau menonjolkan diri dengan memamerkan barang-barang berharga miliknya. Misalnya, pemilik sebuah pabrik tekstil, mengaku kepada teman-temannya bahwa dirinya hanyalah pegawai saja yang sama-sama bekerja di perusahaan tersebut.
Sebaliknya, orang yang rendah diri akan berpura-pura kaya dengan memamerkan barang-barang berharga yang dimilikinya. Bahkan, parahnya, untuk menutupi sikap rendah dirinya itu dia sampai berhutang. Misalnya, karena merasa tidak percaya diri bila tidak memiliki mobil, ditambah lagi merasa iri terhadap tetangganya yang memiliki mobil, maka dia akan memaksakan diri kredit mobil.
Sikap rendah hati merupakan salah satu hal yang disukai Allah. ”Hendaklah kamu selalu rendah hati...” (Ef. 4:2). ”Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri...” (Mzm. 37:11). Lawan dari sikap rendah hati adalah tinggi hati atau sombong. Terhadap orang yang sombong Allah sangat menentangnya. ”Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan ...” (Yes. 2:11). Karena sikap sombong ini, maka malaikat Lucifer harus dibuang ke bumi dan menjadi iblis.
Sikap rendah diri atau minder merupakan perbuatan berdosa. Sebab orang-orang yang rendah diri menganggap dirinya terlalu hina dari orang lain, padahal Allah menciptakan manusia itu mulia. Orang yang rendah diri menganggap dirinya belum layak menerima anugerah keselamatan yang ditawarkan Tuhan Yesus. Karena terlalu merendahkan dirinya, menganggap dirinya itu sebagai orang berdosa yang tidak pantas menerima anugerah keselamaatan. Ketika diajak untuk ke gereja, dia bilang tidak mau karena dirinya masih banyak dosa. Dia beralasan jika dia sudah tidak berbuat dosa lagi, maka dia akan ke gereja dan menjadi pengikut Kristus. Orang seperti ini lupa, bahwa sebenarnya Allah sudah mengampuni dosa-dosanya ketika dia masih berdosa, hanya saja apakah dia mengimani itu atau tidak mempercayainya. ”Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm. 5:8).
Kita sebagai orang percaya haruslah memiliki sikap rendah hati. Kita harus belajar dari Tuhan Yesus sendiri. ”... belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati ...” (Mat. 11:29). Memiliki sikap rendah hati berarti mau melayani orang lain dan menganggap orang lain lebih utama. ”... Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri” (Flp. 2:3). Sikap rendah hati yang sejati telah ditunjukkan oleh Tuhan Yesus. ”... yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama” (Flp. 2:6-9).
Terhadap sikap rendah diri, buanglah itu jauh-jauh. Sebab kita ini berharga. ”Oleh karena engkau berharga di mata-Ku, dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau ...” (Yes. 43:4). Apabila sudah mengetahui bahwa diri kita ini begitu berharga, maka jangan sia-siakan hidup ini. Jalanilah setiap hari bersama dengan Tuhan Yesus, maka hari-harimu akan menjadi berarti dan penuh makna.
(Tony Tedjo adalah dosen, penulis buku, konsultan penerbitan, ketua SOW, Ketua Redaksi Renungan Kabar Baik. tonytedjo@gmail.com atau 08139440199
Tidak ada komentar:
Posting Komentar