Selasa, 30 Oktober 2012

Tiga Kunci Berhasil dalam Menulis

Kunci merupakan alat yang kecil, namun memiliki kegunaan cukup penting. Sebab tanpa adanya kunci, suatu ruangan yang tertutup tidak dapat dibuka. Dengan demikian, kunci memiliki arti penting. Demikian pula dalam hal menulis buku, kunci untuk menjadi penulis buku sangat penting diperhatikan. Adapun ketiga kunci tersebut yaitu:
Kunci pertama, kemauan. Tanpa adanya kemauan dalam diri seseorang, maka segala usaha orang lain untuk mendorongnya menulis akan menjadi sia-sia saja.
Kunci kedua, kerja keras. Dalam kerja keras ini tercakup di dalamnya unsur disiplin. Disiplin waktu, disiplin berlatih menulis, disiplin beristirahat, disiplin membaca, dan disiplin menggunakan uang untuk membeli buku.
Kunci ketiga, aksi (action). Mulai bertindak dengan menulis, menulis, dan menulis. Perbanyaklah latihan menulis apa saja. Sebab tanpa adanya tindakan, impian untuk menjadi seorang penulis produktif hanyalah sebuah mimpi yang jauh dari kenyataan.
(penulis Tony Tedjo, pendiri dan ketua school of writing/SOW)

RENDAH HATI ATAU RENDAH DIRI?

Rendah hati dan rendah diri bila dilihat sepintas nampaknya hampir sama. Bagi orang awam, kedua istilah ini seringkali diartikan memiliki arti yang sama, padahal berbeda jauh, bahkan bertentangan. Rendah hati diartikan sebagai sikap yang menganggap bahwa diri seseorang yang memiliki kekayaan, kepandaian, maupun pangkat tinggi, namun tidak memamerkan semua hal yang dimiliki tersebut kepada umum. Sebaliknya, orang yang rendah hati menganggap bahwa semua yang dia miliki itu tidak pantas untuk dipamerkan, sebab semua adalah karunia dari Tuhan yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan sikap rendah diri adalah suatu sikap yang menganggap diri seseorang tidak berarti dan sia-sia. Biasanya orang yang rendah diri akan membandingkan dirinya dengan orang lain yang di atasnya, sehingga menganggap bahwa dirinya merupakan orang yang paling malang. Biasanya orang yang rendah diri tidak mau tampil di depan umum karena malu.
            Orang yang rendah hati tetap bersikap sederhana meskipun dia memiliki kekayaan melimpah. Tutur katanya sopan dan sikapnya santun. Dalam penampilan di depan umum, dia tampil tidak mau menonjolkan diri dengan memamerkan barang-barang berharga miliknya. Misalnya, pemilik sebuah pabrik tekstil, mengaku kepada teman-temannya bahwa dirinya hanyalah pegawai saja yang sama-sama bekerja di perusahaan tersebut.
Sebaliknya, orang yang rendah diri akan berpura-pura kaya dengan memamerkan barang-barang berharga yang dimilikinya. Bahkan, parahnya, untuk menutupi sikap rendah dirinya itu dia sampai berhutang. Misalnya, karena merasa tidak percaya diri bila tidak memiliki mobil, ditambah lagi merasa iri terhadap tetangganya yang memiliki mobil, maka dia akan memaksakan diri kredit mobil.
Sikap rendah hati merupakan salah satu hal yang disukai Allah. ”Hendaklah kamu selalu rendah hati...” (Ef. 4:2). ”Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri...” (Mzm. 37:11). Lawan dari sikap rendah hati adalah tinggi hati atau sombong. Terhadap orang yang sombong Allah sangat menentangnya. ”Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan ...” (Yes. 2:11). Karena sikap sombong ini, maka malaikat Lucifer harus dibuang ke bumi dan menjadi iblis.
Sikap rendah diri atau minder merupakan perbuatan berdosa. Sebab orang-orang yang rendah diri menganggap dirinya terlalu hina dari orang lain, padahal Allah menciptakan manusia itu mulia. Orang yang rendah diri menganggap dirinya belum layak menerima anugerah keselamatan yang ditawarkan Tuhan Yesus. Karena terlalu merendahkan dirinya, menganggap dirinya itu sebagai orang berdosa yang tidak pantas menerima anugerah keselamaatan. Ketika diajak untuk ke gereja, dia bilang tidak mau karena dirinya masih banyak dosa. Dia beralasan jika dia sudah tidak berbuat dosa lagi, maka dia akan ke gereja dan menjadi pengikut Kristus. Orang seperti ini lupa, bahwa sebenarnya Allah sudah mengampuni dosa-dosanya ketika dia masih berdosa, hanya saja apakah dia mengimani itu atau tidak mempercayainya. ”Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm. 5:8).
Kita sebagai orang percaya haruslah memiliki sikap rendah hati. Kita harus belajar dari Tuhan Yesus sendiri. ”... belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati ...” (Mat. 11:29). Memiliki sikap rendah hati berarti mau melayani orang lain dan menganggap orang lain lebih utama. ”... Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri” (Flp. 2:3). Sikap rendah hati yang sejati telah ditunjukkan oleh Tuhan Yesus. ”... yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama” (Flp. 2:6-9).
Terhadap sikap rendah diri, buanglah itu jauh-jauh. Sebab kita ini berharga. ”Oleh karena engkau berharga di mata-Ku, dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau ...” (Yes. 43:4). Apabila sudah mengetahui bahwa diri kita ini begitu berharga, maka jangan sia-siakan hidup ini. Jalanilah setiap hari bersama dengan Tuhan Yesus, maka hari-harimu akan menjadi berarti dan penuh makna.
(Tony Tedjo adalah dosen, penulis buku, konsultan penerbitan, ketua SOW, Ketua Redaksi Renungan Kabar Baik. tonytedjo@gmail.com atau 08139440199

MERENCANAKAN SECARA CERMAT DAN TEPAT

Oleh Tony Tedjo, M.Th*

Manusia hidup tentu memiliki tujuan. Tujuan hidup ini tentunya harus direncanakan terlebih dahulu. Ada dua macam perencanaan, yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang. Apa yang akan kita peroleh tiga bulan hingga satu tahun mendatang, inilah yang dinamakan rencana jangka pendek. Sedangkan apa yang akan kita capai satu hingga lima tahun mendatang, merupakan rencana jangka panjang. Rencana ini perlu dijabarkan menjadi beberapa bagian atau tahapan, sehingga akan lebih mudah untuk mencapainya. Sebab perkembangannya sedikit demi sedikit hingga pada batas yang ditentukan, apa yang direncanakan tersebut menjadi tercapai.
Ada dua sikap manusia dalam meresponi rencana yang sudah dia rencanakan, yaitu bersikap aktif dan bersikap pasif. Orang-orang yang bersikap aktif memiliki sikap optimis bahwa rencana yang sudah direncanakan, baik rencana jangka pendek maupun rencana jangka panjang, pasti dapat dicapai. Sebaliknya, bagi orang-orang yang bersikap pasif, dia akan pesimis menghadapi esok hari berkenaan dengan rencana yang sudah dia rencanakan. Orang seperti ini selalu cemas dan kuatir, apa yang sudah direncanakan tidak dapat tercapai.
                Tiga langkah untuk membuat rencana yang sudah direncanakan sebelumnya dapat tercapai, yaitu:
                Pertama, catatlah semua rencana yang direncanakan, baik rencana jangka pendek maupun jangka panjangnya. Kemudian jabarkan ke dalam bagian atau lingkup yang lebih kecil. Misalnya ke dalam bulan atau minggu. Jika dalam 1 tahun merencanakan untuk mendapatkan target penjualan di atas 500 orang pembeli, maka rencana tersebut dapat dibagi menjadi 12 bulan. Setiap bulan ditargetkan dapat menarik sekitar 45 orang pembeli. Artinya, setiap hari minimal harus dapat menarik 2-3 orang pembeli. Tentu target tersebut dapat dengan mudah terpenuhi.
                Kedua, bertindaklah berdasarkan apa yang sudah direncanakan. Waktu mulai menjalankan rencana yang sudah dijabarkan ke dalam lingkup yang kecil ini, tentu harus fokus. Sebab, mungkin saja di lapangan akan menemukan banyak godaan dan halangan yang dapat membuyarkan fokus untuk mencapai harapan apa yang sudah direncanakan tadi.
                Ketiga, jangan lupa doakan setiap saat rencana yang sudah direncanakan tersebut. Dengan mendoakannya, berarti sedang melibatkan Tuhan untuk campur tangan atas apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Sebab, mungkin saja rencana tersebut tidak sesuai kehendak Tuhan. Oleh karena itu, perlu untuk melibatkan Tuhan supaya tidak salah langkah.
                Meskipun rencana yang sudah direncanakan terlihat mudah dan pasti dapat diraih, namun bila semua rencana tersebut tidak dikehendaki Tuhan, maka semua bisa berantakan. Oleh karena itu, manusia boleh merencanakan sesuatu, tetapi tetap saja kehendak Tuhan yang jadi. ”Banyaklah rencana di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana” (Ams. 19:21).
                Alkitab mencatat kegagalan manusia yang hanya merencanakan rencananya sendiri, namun tanpa menyertakan Tuhan dalam perencanaan tersebut. ”Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah!” (Luk. 12:16-19). Orang kaya tersebut merencanakan untuk memperbesar lumbungnya. Dengan harapan bahwa jika lumbung-lumbungnya semakin besar, maka semua kekayaannya dapat disimpan dan dinikmati selama bertahun-tahun. Namun apa yang terjadi? ”Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?” (Luk. 12:20). Jiwanya diambil Tuhan pada hari itu juga, sehingga semua harta bendanya yang berlimpah tersebut menjadi sia-sia dan tidak dapat dinikmati olehnya. Demikianlah jadinya dengan orang yang merencanakan sesuatu, tetapi tanpa menyertakan Tuhan.
  
Tony Tedjo, M.Th adalah Mahasiswa Doktoral Program Leadership Harvest International Theological Seminary, Dosen di STT Kharisma Bandung, Ketua SOW, Penulis 11 buku, Konsultan Penerbitan, dan Ketua Redaksi Renungan Kabar Baik. tonytedjo@gmail.com.

MAHASISWA DAN TULISANNYA

Tony Tedjo, M.Th., D.Th (c)

Budaya menulis menjadi “barang langka” di kalangan masyarakat Indonesia, termasuk di kalangan pendidikan. Menulis merupakan suatu hal mengerikan bagi sebagian orang, sehingga mereka berusaha menjauhi dan menghindarinya.
Mahasiswa sekarang sangat jarang sekali yang memiliki minat untuk menulis. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab jangankan untuk menulis, untuk membaca saja sulitnya minta ampun. Orang lebih senang menonton atau mendengarkan, ketimbang harus membaca apalagi menulis. Sehingga tak mengherankan apabila kondisi seperti ini dibiarkan terus-menerus akan membuat bodoh mahasiswa itu sendiri. Sebenarnya, dengan membiasakan diri untuk menulis, secara tidak langsung membantu mahasiswa itu sendiri untuk membiasakan diri juga dalam membaca. Sebagaimana kewajibannya sebagai mahasiswa yang setiap hari berkutat dengan buku. Membaca, membaca dan membaca merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh seorang mahasiswa.
Mahasiswa, sebagai seorang inteletual, bisa menuangkan hasil yang dia peroleh sehabis membaca dan meneliti ke dalam sebuah tulisan. Sehingga ide-ide dan usulan-usulan yang ada dalam benaknya bisa diketahui banyak orang. Dan bisa berguna bagi ilmu pegetahuan.
Permasalahannya, kebanyakan mahasiswa enggan menuliskannya, sehingga ide-ide orisinil yang seharusnya bisa dikembangkan dan bermanfaat, malah sia-sia terbuang percuma. Ada tiga hal yang dapat merangsang mahasiswa untuk menulis:
Pertama, para dosen memaksa mahasiswa untuk menulis melalui tugas pembuatan paper atau makalah. Karena merupakan salah satu syarat kelulusan, maka mau tidak mau mahasiswa akan menulis. Tentunya sebelum itu dengan membaca berbagai buku dan sumber lainnya terlebih dahulu.
Kedua, mengubah konsep bahwa menulis itu susah dan hanya diperuntukkan bagi mereka yang punya bakat menulis saja. Berikan pandangan bahwa menulis itu mudah, semudah mengungkapkan perasaan hati ke dalam tulisan. Jika demikian, siapapun bisa saja menjadi penulis, asalkan ada kemauan dan kerja keras. Kemauan inilah yang menghantarkan seseorang untuk bisa menjadi penulis yang berbobot dan profesional.
Ketiga, dengan memberikan dorongan berupa reward atau penghargaan. Setiap hasil karya tulis mahasiswa akan dipajang di mading. Bila ada perlombaan menulis, maka setiap mahasiswa didorong untuk mengikuti. Dan bagi mahasiswa yang artikel tulisannya telah dimuat di surat kabar atau berhasil membuat sebuah buku, maka akan diberikan sertifikat dan diumumkan pada pertemuan khusus antara pihak sekolah dan mahasiswa. Selain itu, tulisan yang dimuat pun tentunya akan mendapatkan honor atau royalti.
Dengan adanya rangsangan ini niscara mahasiswa akan tertarik dan tertantang. Sehingga generasi mahasiswa sekarang setingkat lebih maju dengan membiasakan mereka untuk menulis. (Tony Tedjo adalah Ketua Sekolah Menulis Alkitabiah/SOW, Penulis 11 buku, Ketua Redaksi RKB).

WORKSHOP SOW DI JAKARTA

Kerinduan sekelompok hamba Tuhan yang berbeda denominasi gereeja ini begitu luar biasa. Empat belas orang para pelayan Tuhan (berasal dari Jakarta, Depok, Tangerang) yang rindu diperlengkapi dengan ketrampilan menulis buku sudah menunggu dengan tak sabar sejak pagi. Pertemuan SOW dengan materi Menulis Buku ini dibawakan langsung oleh Bp. Tony Tedjo, M.Th., D.Th (c) (selaku Ketua dan Pendiri SOW). Pertemuan diadakan tanggal 1 Oktober 2012 dari Jam 10.00-16.00 WIB, bertempat di Gedung Istana Kana Lt. 3, Jalan R.P. Soeroso No 24 Cikini, Jakarta Pusat. Ruangan kantor dari Yayasan Shalom International ini diubah menjadi ruang tempat dilaksanakannya workshop menulis buku. Selain semua peserta mendapatkan makalah, mereka juga mendapatkan tiga buku gratis karangan Bp. Tony Tedjo, M.Th.
Pertemuan dibagi menjadi dua session. Session pertama membahas mengenai bagaimana seseorang dapat menulis buku. Dimulai dari sebuah ide, kemudian menjadi gagasan, menuangkan gagasan ke dalam tulisan hingga menjadi sebuah tulisan, memakai rumus 5W+1H, dan mapping map. Kemudian setelah makan siang, dilanjutkan dengan session kedua, praktek membuat judul, kerangka buku (daftar isi), dan pendahuluan. Semua peserta begitu antusias mengerjakan tugas membuat ketiga komponen utama dalam menulis buku.
Dua peserta dengan usia 71 tahun dan 72 tahun merupakan peserta tertua yang mengikuti SOW mengerjakan dengan penuh antusias dan ceria. Semua peserta di akhir pertemuan mulai mempresentasikan hasil karya mereka, yang diyakini untuk diteruskan menjadi naskah sebuah buku. Lucunya, ada tiga peserta dari keluarga pendeta (gembala sidang, isteri gembala, dan anaknya) berkomentar: ”Bagaimana nanti bila sudah menjadi buku tentu akan bersaing ya?” Serentak peserta lainnya berujar: ”Tentu tidak dong, sebab kan pasarnya berbeda.”
Pertemuan 6 jam yang mengubahkan ini merupakan suatu pengalaman tersendiri bagi semua peserta. Sebagian besar peserta mengharapkan agar diadakan kembali pertemuan lanjutan mengenai koreksian dari naskah buku yang sudah dikerjakan mereka serta bagaimana cara untuk mengirimkannya ke penerbit buku. Beberapa di antara mereka juga mengusulkan dibentuknya sebuah komunitas para penulis di Jakarta. Sebelum pulang setiap peserta dibagikan sertifikat workshop menulis buku oleh Bp. Tony Tedjo, M.Th., D.Th (c). Pertemuan ditutup dengan foto bersama semua peserta. Sampai berjumpa pada pertemuan SOW berikutnya... Tuhan Yesus memberkati.
                Silakan bagi Saudara yang rindu untuk mengadakan acara SOW di kota di mana Anda berdomisili dengan materi yang disesuaikan kebutuhan Anda, dapat menghubungi telpon (022) 95193187; 95187968; 0813 9440 1799; email tonytedjo@gmail.com atau rhkabarbaik@gmail.com. Anda juga dapat mengunjungi kami di www.sekolahmenulisalkitabiah.blogspot.com dan www.schoolofwriting.blogspot.com. Minimal peserta 15 orang. Untuk biaya pelajaran disesuaikan dengan kota di mana SOW akan diadakan.
                SOW memiliki motto ”Mencerdaskan, Memberkati, Menjangkau.” SOW hadir memperlengkapi setiap hamba Tuhan maupun jemaat Tuhan untuk dibekali dengan ketrampilan menulis dan dasar alkitabiah. Visi SOW adalah membangkitkan 100.000 penulis rohani di Indonesia pada tahun 2015. Hingga saat ini alumni SOW sudah lebih dari 250 orang tersebar di puluhan kota di Indonesia. Marilah terlibat dalam kegerakan Allah melalui pelayanan literatur memberitakan KABAR BAIK sampai ke ujung bumi. Maukah Anda terlibat di dalamnya? Dukunglah pelayanan SOW melalui DOA, DAYA, DANA. Dukungan DANA dapat disalurkan ke BCA Asia Afrika Bandung no 0080332041 an. Tedjo Tony. Setiap apa yang sudah Saudara taburkan tidak sia-sia, akan mendapatkan hasil 30x, 60x, dan 100x ganda.