Kamis, 02 April 2009

INDAHNYA SEBUAH PERUBAHAN


Perubahan selalu diawali dengan proses. Tanpa adanya proses tidak mungkin terjadi perubahan. Dalam sebuah proses terjadi pembentukan. Dibentuk untuk menjadi sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti halnya seekor ulat yang hendak berubah menjadi kupu-kupu. Dia harus menjalani suatu rangkaian proses yang berhari-hari, sebelum pada akhirnya menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Dalam menjalani masa transisi dari seekor ulat menjadi kupu-kupu, ulat harus menjadi kepongpong terlebih dahulu. Sewaktu menjadi kepongpong, si ulat harus tinggal dalam kesunyian dan tidak bisa melihat indahnya dunia untuk sementara waktu sampai saat yang tepat. Diperlukan kesabaran dan ketekunan agar bisa mencapai waktu yang tepat. Bila seekor ulat tidak sabar untuk cepat-cepat membuka kepongpongnya, maka tidak akan terjadi perubahan apa-apa dalam dirinya. Sebab pada waktu dia merobek kepongpong yang menutupi dirinya sebelum waktu yang ditentukan, bersamaan dengan itu pula cairan dalam dirinya akan terbuang keluar. Padahal dari cairan inilah bisa tumbuh dalam diri ulat sebuah sayap, yang mengubah penampilannya menjadi seekor kupu-kupu.
Kehidupan manusia pun mengalami perubahan. Dari keadaan bayi menjadi seorang anak. Kemudian menjadi dewasa. Dalam perubahan ini terjadi sebuah proses. Dari tidak bisa berjalan dan tidak bisa berbicara hiingga bisa berlari dan berbicara.
Yeremia 18:1-6 mengisahkan tentang pekerjaan tukang periuk. Tanah liat harus mau dibentuk menjadi sebuah benda menurut kemauan si tukang. Bila tukang periuk hendak menjadikan tanah liat yang ada ditangannya menjadi sebuah guci, maka mau tidak mau dia harus mau. Dan bila sudah menjadi sebuah guci, namun dirasa masih kurang baik, si tukang bisa saja mengerjakannya kembali menjadi bejalan lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Ada proses yang harus dialami oleh tanah liat sebelum menjadi sebuah guci dengan ukiran yang indah.
Belajar dari tukang periuk dan tanah liat di atas, ada hal yang bisa kita simak: Pertama, ketaatan. Kehidupan kita seperti tanah liat di tangan Tuhan. Kita harus menerima prosesnya Tuhan tanpa bersikap memberontak. Sebab memberontak berarti semakin memperlambat proses perubahan. Satu hal yang pasti bahwa perubahan yang diharapkan Tuhan adalah perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih berharga. Menjadi hidup yang lebih bernilai.
Kedua, kesetiaan. Untuk berubah dituntut kesetiaan. Setia untuk menanti sampai waktunya tiba. Jangan tergesa-gesa mengambil caranya sendiri untuk perubahan atas diri kita. Tunggulah sampai waktunya Tuhan tiba. Sebab waktu Tuhan itu indah (Pengkhotbah 3:11).
Ketiga, keseriusan. Setelah berubah, jangan mau menjadi seperti keadaan yang dulu lagi. Harus serius, bahwa keadaan sekarang sudah berubah. Hidup kita sudah berubah dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran. Menjadi ciptaan yang baru di dalam Tuhan (II Korintus 5:17) dan hidup menjauhi dosa.
Satu hal yang dituntut oleh kita apabila kita menghendaki perubahan, apakah sudah siap untuk menerima perubahan itu sendiri? Bersiap-siaplah, Tuhan akan mengubah kehidupan kita, menjadi kehidupan yang lebih mulia. Kehidupan yang berlimpah di dalam anugerah dan berkat Allah. (Tony Tedjo, M.Th. Ketua Sekolah Menulis Alkitabiah dan Ketua Komunitas Penulis Rohani, bisa dihubungi di 081394401799 atau 08888255416)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar