Minggu, 26 April 2009

Manajemen Waktu


Kehidupan manusia selama dia hidup memiliki keterbatasan. Usia manusia semenjak kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, dibatasi hanya 70-80 tahun saja. Hal inipun harus dilalui dengan penderitaan. "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaannya; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap" (Mazmur 90:10). Mengingat waktu yang sangat singkat ini, diperlukan hikmat sehingga dapat mempergunakan waktu yang ada dengan lebih efisien dan lebih efektif lagi. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" (Mazmur 90:12).

Sebuah pepatah mengatakan "orang sukses selalu kelebihan satu cara, orang gagal selalu kelebihan satu alasan". Apabila kita mau berhasil dalam hidup ini, maka tentunya harus memiliki kelebihan satu cara untuk mencapai keberhasilan tersebut. Oleh karena itu kita harus memanfaatkan waktu tersebut dengan baik, dengan cara:

Pertama, menetapkan tujuan hidup. Setiap orang yang tidak punya tujuan dalam hidupnya, maka kehidupan orang tersebut akan hancur berantakan. Ibarat sebuah kapal di tengah gelombang lautan. Dia akan terus diombang-ambingkan ke sana ke mari oleh ombak yang besar. Sampai pada akhirnya bila tidak juga berjalan untuk mencapai suatu tempat yang dituju, maka kapal tersebut akan tenggelam. Oleh karena itu, penting sekali untuk memiliki tujuan hidup. Orang yang punya tujuan dalam hidupnya akan menjalani hari-harinya dengan sukacita dan terus maju menuju pada apa yang direncanakan sebelumnya.

Untuk menetapkan tujuan hidup kita perlu membuat perencanaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Hidup kita mau menjadi apa 2-5 tahun mendatang, ditentukan sikap kita dalam menjalani hari ini. Oleh karena itu disarankan untuk memiliki agenda pribadi, untuk mencatat semua rencana yang akan dikerjakan selama 1 tahun dan mengevaluasi terhadap pekerjaan apa saja yang sudah dikerjakan tetapi belum maksimal. "Evaluasi berarti menguji kembali semua yang telah dilakukan, sekaligus membuat antisipasi terhadap apa yang mungkin terjadi" (Jakoep Ezra). Adakah progres dari tahun ini dibandingkan tahun yang lalu.

Kedua, mengembangkan talenta secara maksimal. Dalam mengisi hari-hari yang masih Tuhan percayakan kepada kita, tentunya kitapun harus berbuat aktif. Alkitab mencatat bahwa setiap kita diberi oleh Tuhan talenta (bakat atau kemampuan khusus). Memang talenta setiap orang berbeda-beda, ada yang diberi lima, tiga dan satu talenta. Masing-masing diberikan jumlah talenta yang berbeda-beda menurut kesanggupannya (Matius 25:15). Suatu kali nanti kita harus mempertanggungjawabkan talenta yang sudah Tuhan percayakan kepada kita untuk dikembalikan kepada-Nya. Apabila kita bertanggungjawab dalam mengembangkannya, maka Tuhan pun akan mempercayakan kepada kita hal yang lebih besar lagi. Sebab diperlukan kesetiaan dalam mengelolanya, sekalipun hanya perkara kecil (Matius 25:23).

Ada banyak cara untuk mengembangkan talenta secara maksimal, di antaranya: Melanjutkan studi sampai jenjang S2 atau S3. Bila ada kesempatan, mengapa tidak sampai mencapai gelar doktor? Biarlah kita memberikan yang terbaik bagi kemuliaan nama Tuhan Yesus; Mengikuti berbagai diklat dan seminar. Tujuannya agar kemampuan dan keahlian semakin bertambah; Sharing hidup dari para senior untuk mendapatkan pengalaman hidup mereka yang sudah berhasil; Bila Tuhan memberikan karunia kepada kita untuk menulis, maka buatlah sebuah buku sebagai suatu karya yang terbaik untuk memberitakan Injil dan menyaksikan cinta kasih Tuhan kepada semua orang. Hal yang patut diperhatikan adalah jangan batasi diri kita untuk berkembang. Biarlah kita berkembang dampai mencapai titik maksimal dalam hidup kita.

Ketiga, hidup mengandalkan Tuhan, bukan kekuatan sendiri. Yeremia 17:5 dituliskan "terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh daripada Tuhan!" Kita melihat kehidupan dari para tokoh dalam Alkitab yang hidupnya berakhir dengan tragis karena mereka hanya mengandalkan kepada kekuatannya sendiri. Misalnya Simson (Hakim-hakim 13-16). Di awal sampai pertengah hidupnya dia terkenal sebagai seorang pahlawan yang bisa mengalahkan orang Midian. Namun sayang, karena dia lebih memilih mengikuti keinginan dagingnya dan hidup hanya mengandalkan pada kekuatannya sendiri, akhir dari hidupnya sangat menyedihkan. Dia mati sebagai tawanan dengan kedua belah matanya buta.

Berbeda dengan kisah hidup Yusuf. Selama hidupnya, Yusuf senantiasa mengandalkan Tuhan. Ketika dia menjadi budak di rumah Potifar, Tuhan menyertainya(Kejadian 39:2). Bahkan ketika dia berada di dalam penjara di Mesir, Tuhan pun tetap beserta dengannya (Kejadian 39:21). Sampai pada akhirnya dia diangkat menjadi orang nomor 2 di Mesir. Akhir hidup Yusuf berakhir dengan bahagia.

Dalam menjalani hari-hari yang masih Tuhan percayakan bagi kita, kita harus memakainya untuk kemuliaan nama Tuhan saja. Efesus 5:15-17 katakan bahwa kita tidak boleh bertindak seperti orang bodoh. Melainkan hidup dengan bijaksana mempergunakan waktu yang ada untuk mengerti kehendak Tuhan. (Pdp. Tony Tedjo, M.Th adalah Ketua Sekolah Menulis Alkitabiah (SOW) dan penulis buku. Dapat dihubungi di 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar