Penggunaan Alkitab saat pengambilan sumpah dalam upacara sebenarnya lahir dari kebiasaan Yahudi kuno dalam membuat suatu janji dan saling mengingatkan bahwa "Allah juga yang menjadi saksi" (Kejadian 31:50). Pada Abad Pertengahan, orang-orang Kristen bersumpah dengan cara mencium atau menjamah salib, Alkitab, atau benda keramat lain yang mereka yakini pernah menjadi milik seorang suci.
Naskah Alkitab tertua adalah salinan dari Gulungan Laut Mati yang ditulis sekitar 225 sM. Naskah itu merupakan salah satu Kitab Perjanjian Lama, yaitu Kitab Samuel.
Naskah Perjanjian baru yang tertua dan masih bertahan adalah sebuah potongan Yohanes 18:31-33, termasuk pertanyaan Pilatus kepada Yesus: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" Potongan ini ditulis sekitar tahun 125 M, kira-kira satu generasi setelah penulisan naskah yang asli.
Kesalahan penyalinan Alkitab menghasilkan julukan-julukan meragukan untuk beberapa edisi. "Alkitab penyeleweng", juga disebut "Alkitab keji", menghapus kata "jangan" dan memerintahkan "berzinah". Percetakan tersebut dikenakan denda dalam jumlah yang besar.
Terjemahan-terjemahan aneh dari kata-kata kunci melahirkan julukan-julukan pada Alkitab. "Alkitab hama" (lebih terhormat dikenal sebagai Alkitab Coverdale, 1535) yang mendorong para pembacanya untuk tidak gentar terhadap "hama di malam hari". Versi King James kemudian mengganti kata "hama" dengan "kengerian".
Kata "Alkitab" (Bible) berasal dari bahasa Yunani, papirus (biblos), sejenis tanaman untuk membuat kertas.
Kata "Injil" (Gospel) berasal dari bahasa Inggris kuno godspell (perkataan Tuhan). Para ahli bahasa Inggris menggunakan kata ini untuk menerjemahkan kata Yunani euangelion, yang berarti "kabar Baik" dan dari sana kita mendapatkan kata evangelist (pengabar Injil).
Terjemahan kitab dalam Alkitab yang terbanyak adalah Injil Markus (kitab terpendek dari keempat Injil tentang Yesus). Terjemahan kitab ini tersedia dalam sekitar 900 bahasa.
Orang Kristen adalah kelompok pertama yang membuang tradisi penggunaan gulungan kitab yang telah berlangsung lebih dari 3.000 tahun lamanya. Mereka memakai codex atau bentuk buku. Setiap salinan tulisan orang Kristen yang dapat bertahan dari abad kedua berasal dari buku-buku. Tetapi hanya 14 dari 870 hasil karya non-Kristen pada masa itu yang berbentuk buku. Buku, tercetak pada bagian depan dan belakang, harganya lebih murah dan mudah digunakan.
Setelah Johannes Gutenberg dari Jerman menemukan mesin cetak pada pertengahan tahun 1400-an, buku pertama yang dicetak adalah Alkitab. Cetakan pertama dilakukan, sekitar 180 buku, terjual habis sebelum cetakan kedua dilakukan. Empat puluh delapan buku dari karya besar ini berhasil dipertahankan.
Alkitab yang asli tidak memiliki pasal dan ayat. Para ahli menambahkan pasal-pasal pada tahun 1231 dan ayat-ayat pada tahun 1551. (diambil dari buku "Extreme Journey New Testament" terbitan Immanuel, tahun 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar