Bagi para penulis pemula, model penulisan yang sangat mudah ialah menulis renungan harian. Oleh karenanya, dianjurkan sebagai latihan dalam membuat artikel, pertama kali adalah membuat renungan harian. Sebab tulisan yang dibuat tingkat kesulitannya tidak terlalu sulit, hanya berdasarkan pada perenungan yang didapat dari hasil pembacaan Alkitab pribadi.
Ada banyak sekali penerbit renungan harian yang menerbitkan buku renungan dengan berbagai variasi isi (gambar, humor, kata-kata bijak, dsb), jadwal terbit (bulanan, dwi-bulanan,dsb), maupun bentuk penulisannya, seperti RAJAWALI, NILAI KEHIDUPAN, WANITA, WASIAT, MANA SORGAWI, RENUNGAN HARIAN, CULDESAC, dll. Oleh karenanya, seorang penulis renungan, apabila hendak mengirimkan naskah renungannya kepada sebuah penerbit renungan harian, perlu mengetahui ciri khas dari buku renungan yang dibuat tersebut.
Apabila kita mau mengikuti semua persyaratan dari para penerbit tersebut, bisa dibuat pusing. Tetapi jangan kuatir, sebab kita bisa membuat patokan yang menjadi standar dari sebuah renungan harian. Namun sebelum melangkah ke sana, ada baiknya kita memperhatikan hal berikut ini:
1. APA? (What?)
Menulis renungan merupakan bagian tersendiri, dan termasuk dalam rumpun penulisan popular, karena ditulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Sehingga setiap orang, dari berbagai lapisan usia (anak-anak hingga lansia) menyukai buku renungan untuk dijadikan sebagai bahan saat teduh pribadi mereka.
Dari arti katanya “renungan” mengandung arti “hasil dari merenung,” sedangkan arti “merenung” sendiri adalah “diam memikirkan sesuatu”. Jadi, dengan demikian, menulis renungan berarti menuliskan hasil dari apa yang sudah direnungkan ke dalam sebuah tulisan yang jelas dan mudah dimengerti oleh pembacanya.
Dalam menulis renungan, penulis berbagi iman dari pengalaman rohaninya bersama dengan Tuhan setelah membaca Alkitab, kepada pembaca. Penulis renungan tidak sedang menggurui atau memaksakan suatu kehendak agar dituruti oleh pembacanya. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguatkan, mengoreksi, menasehati, menghibur, maupun memberikan pengetahuan baru dari pembacaan firman Tuhan yang sudah diperoleh penulis kepada pembaca. Fokus utamanya adalah membawa pembaca kepada Kristus (Kristosentris), sebagai Pribadi yang menyelamatkan dan memberikan pertolongan. Selain itu, pembaca juga diajak untuk memperaktekkan firman Tuhan yang tercatat dalam Alkitab. Sebab hanya Alkitablah yang dijadikan sebagai sumber utama dalam penulisan renungan, sumber lain hanyalah sebagai penunjang saja.
2. SIAPA? (Who?)
Pada bagian “who atau siapa” ini ada dua hal yang harus diperhatikan: Pertama, diri si penulis itu sendiri. Kedua, pembacanya. Sebagai penulisan di bidang rohani, sudah tentu penulisannya pun haruslah seorang Kristen yang memiliki rohani baik, dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut:
1. Telah lahir baru. Menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, serta yakin terhadap keselamatan dirinya.
2. Memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan melalui jam-jam doa yang teratur, pembacaan Alkitab yang teratur, dan beribadah dengan teratur pula.
3. Punya pemahaman yang benar dan baik mengenai isi firman Allah. Hal ini penting untuk diperhatikan, supaya menghindari bahaya penyesatan akibat salah menafsirkan ayat firman Tuhan.
4. Memiliki hati yang mengasihi jiwa-jiwa yang belum diselamatkan atau rindu untuk memberikan motivasi kepada mereka mengalami kemunduran rohani.
5. Mempunyai bakat, dan ketrampilan untuk menulis.
6. Memahami penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dengan baik dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik pula.
7. Bersikap terbuka terhadap saran dan kritikan membangun yang ditujukan kepadanya.
Jika kriteria di atas diperuntukkan bagi si penulis (writer), maka perlu juga memperhatikan pada diri si pembacanya (reader). Pembaca bisa digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu:
1. Segi usia. Berapa sasaran usia pembaca kita: Tua, muda, remaja, anak-anak, atau keluarga.
2. Segi pendidikan. Bagaimana tingkat pendidikannya, apakah pendidikannya SD, SMP, SMA, atau Perguruan Tinggi. Apakah juga untuk sekuler atau kalangan mahasiswa teologi.
3. Segi denominasi gereja. Ditujukan bagi kalangan denominasi gereja mana, apakah Kharismatik, Pentakosta, Injili, Reform, Bala Keselamatan, Baptis, atau interdenominasi (untuk semua kalangan). Apabila ditujukan bagi kalangan interdenominasi, maka hal yang harus diperhatikan adalah tidak boleh menyinggung doktrin, seperti Baptisan, Keselamatan bisa hilang atau tidak, dsb.
4. Segi gaya bahasa. Meski gaya bahasa yang dipergunakan adalah gaya bahasa popular, namun kita perlu juga memperhatikan gaya bahasa mana yang cocok dipergunakan pada pembaca kita. Tentunya berkaitan dengan tingkat usia atau pendidikan. Misalnya, bagi kalangan pemuda atau pelajar, tentunya gaya bahasa yang dipakai bisa dengan mempergunakan bahasa yang gaul. Lain halnya bila ditujukan bagi orangtua atau lansia, tentunya gaya bahasa yang dipakai haruslah yang sederhana dan mudah dimengerti, tanpa memakai bahasa asing yang bisa membuat pusing mereka.
3. BAGAIMANA? (Why?)
Meski terlihat mudah, namun kita tidak dengan seenaknya membuat tulisan renungan. Kita tetap harus memperhatikan beberapa hal berikut, yaitu:
1. Tulisan renungan biasanya terdiri dari tiga bagian yang masing-masing bagian berkisar antara 3 hingga 4 praragraf. Bagian-bagian tersebut yaitu: Pembukaan, Isi dan Penutup. Bagian pembukaan dibuat sebagai pengantara sebelum pembaca dihantarkan kepada pembahasan yang akan dibahas. Baisanya berupa ilustrasi, kesaksian, atau latar belakang dari perikop ayat yang diangkat. Panjangnya berkisar sepertiga bagian dari keseluruhan tulisan renungan. Pada bagian isi inilah semua pemaparan penulis dipaparkan berkaitan dengan ayat yang diangkat, judul, dan dengan bagian pembuka tadi. Isinya biasanya lebih panjang sedikit dibandingkan bagian pembukaan. Sedangkan bagian akhir tulisan, merupakan kalimat penutup yang berisi ajakan, himbauan, dukungan kepada pembaca untuk mentaati atau menjauhi hal yang dimaksud dalam pembahasan tulisan renungan tersebut. Dengan kata lain bagian akhir ini merupakan penutup dari renungan kita.
2. Faktor koherensi dan konsistensi. Kedua faktor ini harus diperhatikan dengan baik, sebab bila tidak akan membuat tulisan kita ngawur. Koherensi memiliki arti “utuh menyeluruh, tidak terpecah.” Sedangkan konsistensi berarti “kesinambungan.” Dengan demikian, tulisan renungan kita haruslah utuh menyeluruh dan berkesinambungan, tidak terputus ceritanya. Dari awal sampai akhir nyambung.
3. Faktor pendukung. Ada beberapa faktor pendukung yang terdapat dalam tulisan renungan, yakni: a) Judul. Buatlah judul semenarik mungkin, sehingga orang menjadi tertarik untuk membacanya. Panjang judul berkisar 2-4 kata, lebih dari itu kurang baik. b) Ayat pembacaan. Diambil satu ayat dari satu perikop yang akan dibahas. c) Ayat pendukung. Bisa diambil dari perikop yang sedang dibahas atau dari Kitab lain. Asalkan ayat yang diambil tepat dan sesuai dengan pembahasan tulisan renungan kita. d) Pelengkap lain, seperti: pokok doa, pembacaan Alkitab setahun, kata-kata mutiara, refleksi kehidupan, humor, dll.
4. Faktor tepat sasaran. Tulisan yang dibuat haruslah memiliki sasaran yang jelas. Misalnya: Agar pembaca bertobat dari dosa-dosanya, menerima anugerah keselamatan, atau menguatkan iman.
4. JENISNYA
Dalam tulisan renungan, berdasarkan sifatnya bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Informasi. Tulisan yang disampaikan penuh dengan informasi seputar perkembangan pekerjaan Tuhan di dunia maupun berupa pemaparan siingkat dari topik (perikop) yang sedang dibahas.
b. Teguran. Isinya menyangkut teguran terhadap pelanggaran (dosa) yang mungkin telah diperbuat oleh pembaca. Misalnya: Perpuluhan, perzinahan, dan sebagainya.
c. Penghiburan. Untuk menghibur hati pembaca yang sedang risau dan gundah gulana. Sehingga si pembaca merasa terhibur dan fresh kembali.
d. Motivasi. Membagikan semangat baru kepada pemabca, agar bangkit dari kegagalan dan tidak mengulangi tindakan salah yang pernah dilakukan.
Contoh sebuah tulisan renungan diambil dari e-Renungan Harian, tgl. 15 Juli 2009
Bacaan : Rut 1
Setahun : Yesaya 25-27
Nats : “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan
tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ
jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku
bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku”
(Rut 1:16).
Judul: SETIA DALAM KEKOSONGAN
"Ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditendang." Inilah
sebuah ungkapan yang menyatakan ketidaksetiaan. Tak mudah memang
untuk setia, apalagi jika kesetiaan tidak hanya untuk diucapkan, tetapi perlu dibuktikan.
Ada tiga penguji kesetiaan. Pertama, waktu. Seberapa lama kita bisa setia? Kedua, jarak. Kita bisa setia saat dekat, tetapi bagaimana jika kita terpisah jauh? Ketiga, keadaan. Kalau lagi senang kita akan setia, tetapi bagaimana jika dalam keadaan yang sulit.
Rut adalah seorang yang setia. Waktu Naomi dan keluarganya baru datang ke Moab, mereka adalah keluarga yang memiliki harta. Jadi, boleh dikatakan Rut menikah dengan anak dari keluarga yang lumayan berada-Alkitab tidak menyebut berapa banyak kekayaan Naomi, tetapi ada pernyataan bahwa Naomi "pergi dengan tangan penuh" (1:21). Akan tetapi, setelah Elimelekh dan kedua anaknya meninggal dunia, Naomi jatuh miskin "tetapi dengan tangan kosong Tuhan memulangkan aku". Di sinilah kesetiaan Rut diuji dan ia berhasil. Rut tidak meninggalkan Naomi dalam “kekosongannya.”
Mudah sekali untuk setia kepada orang yang banyak harta benda dan tinggi kedudukan. Sebaliknya, sulit sekali untuk setia kepada orang yang sedang jatuh atau tidak punya apa-apa lagi. Rut bisa tetap setia karena dasar kesetiaannya adalah kasih, bukan harta. Oleh sebab itu,jikalau kita mau menjadi orang yang setia, baik kepada istri atau suami, pelayanan, bahkan kepada Tuhan, kita harus mengubah dasar kesetiaan kita. Biarlah kasih yang selalu menjadi alasan mengapa kita setia -RY
JANGAN BIARKAN KESETIAAN KITA DITENTUKAN OLEH HARTA TETAPI TENTUKANLAH KESETIAAN KITA OLEH KASIH
(sumber: bahan SOW angkatan ke-3, oleh Tony Tedjo. Bisa dihubungi di 081394401799 atau tony_kharis@yahoo.co.id)
Selasa, 21 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Singkat, padat dan mudah dicerna. :-)
BalasHapusMemberkati....
BalasHapusMemberkati....
BalasHapusTuhan memberkati
BalasHapusTrmks ya sangat menginspirasi
BalasHapussangat bagus
BalasHapus