Minggu, 19 Desember 2010

MEMBUKA GEMBOK POTENSI DIRI

“Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya:sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya.” ( Kej. 37 : 5 )

Tanpa disadari banyak orang, kita sering memasang gembok-gembok psikologis dalam dirinya sendiri. Tidak mungkin, tidak bisa, tidak berpengalaman, tidak berpendidikan, belum cukup umur, terlalu tua, belum pernah mencoba, adalah sebagian kecil dari ribuan gembok psikologis yang membelenggu prestasi.
Sebagaimana gembok yang asli, gembok-gembok tersebut sifatnya juga sangat membatasi. Bayangkan, bagaimana prestasi bisa diraih, bila belum apa-apa mengatakan tidak bisa dan tidak mungkin. Atau menyetempel diri tidak berhasil.
Ibarat orang yang mau lompat tinggi. Belum mencoba mengukur kemampuan lompatan, sudah menyimpulkan tidak bisa. Oleh karena alasan terakhir, syarat pertama dan paling utama dalam memaksimalkan prestasi pribadi adalah membuka semua bentuk gembok yang menghalangi kemajuan.
Berbeda dengan gembok asli, yang bisa diminta tolong pada orang lain untuk membukanya, gembok psikologis diatas harus dibuka sendiri. Do it yourself. Ada dua syarat penting dalam hal ini, yaitu : keberanian bermimpi dan ketekunan mencoba.
Kembali ke pengandaian lompat tinggi. Sekarang misalnya Anda bisa melompat hanya satu meter. Tahap pertama dalam membuka gembok psikologis adalah keberanian bermimpi kalau anda suatu saat bisa melompat tiga meter. Gila memang, bahkan tidak sedikit orang yang akan menyebut Anda sombong. Namun, penting sekali untuk membiasakan diri membayangkan kalau Anda bisa melakukannya. Ini disebut Visualisasi diri.
Kadang memang kedengaran muluk-muluk. Tetapi pengalaman sejumlah tokoh-tokoh terkenal menunjukkan, semakin sering anda membayangkannya, semakin kuat dorongan energi yang timbul untuk bisa melakukannya. Sebut saja Yusuf, tokoh Alkitab yang biasa-biasa ini, akhir hidupnya menjadi pemimpin sekaligus penyelamat keluarga dan bangsa Mesir. Paul Yonggi Cho, pemimpin gereja terbesar di Korea dan akhirnya ia berhasil membangun gereja terbesar di dunia. Dan itu semua dimulai dengan mimpi (dreams).
Syarat ini merupakan “harga mati” bagi orang yang ingin berhasil hidupnya. Tidak sedikit orang yang gelar akademisnya mentereng, pengalamannya segunung, tetapi tanpa keberanian semuanya hanya menjadi potensi tanpa realisasi.
Ingat kisah pelukis Prancis yang terkenal, Pierre Renoir. Dimasa tuanya, Renoir menderita penyakit artritis yang parah dan membuat tangannya kejang dan gemetar. Meskipun sangat menderita dan kesakitan, namun ia tetap berusaha melukis dan memegang kuas dengan ujung jari-jarinya. Sahabatnya, Henry Matisse memandang sedih tanpa dapat berbuat apa-apa. Matisse lalu bertanya mengapa Renoir tetap bersikeras untuk terus melukis padahal itu membuatnya merasa kesakitan dan sangat menderita. Renoir hanya menjawab singkat :” Rasa sakit akan berlalu, namun keindahan tetap abadi.” Bagi Renoir itulah makna hidup yang memiliki mimpi. Baginya melukis adalah suatu panggilan hidup. Ada kerelaan untuk meninggalkan zona nyaman pribadi, agar bisa mempersembahkan sesuatu yang lebih berarti dalam hidup. Apa cukup punya mimpi, langkah selanjutnya adalah ketekunan untuk mencoba.
Selisih antara kemampuan riil dan mimpi tadi, dijembatani dengan ketekunan mencoba, mencoba dan mencoba. Anda tahu berapa kali Thomas Alva Edison menemukan lampu pijarnya, 8.999 kali dan dialah anak yang “terlalu bodoh”, drop out sekolah dasar, ia pernah ditampar kondektur, sehingga pendengaran (telinga) rusak dan dilarang bekerja di kereta api. Tetapi Thomas Alva Edison berhasil menemukan telegraf, phonograph, pembangkit listrik tenga uap, lampu pijar, kamera, film, proyektor (lebih dari 1000 penemuan). Dan masih banyak tokoh terkenal lainnya. Yang terpenting milikilah ketekunan. Thomas Alva Edison pernah berkata bahwa orang berhasil bila memiliki 1% inspirasi (ide/mimpi yang hebat) dan 99% prespirasi (keringat alias kerja keras/ketekunan mencoba). Coba simak tokoh berikut . Ini orang yang punya record kegagalan terpanjang dalam sejarah. Pada tahun 1831 dia bangkrut total, dan pada tahun 1832 kalah dalam pemilihan umum. Kegagalan kembali menerpa, sebab pada tahun 1833, usaha bisnisnya bangkrut, dan dua tahun kemudian istrinya meninggal dunia, dia menderita stress berat dan tekanan mental yang sedemikian rupa sehingga hampir masuk rumah sakit jiwa. Pada tahun 1837, ia kembali kalah dalam lomba pidato, lalu tahun 1840 ia gagal dalam pemilihan anggota senat di Amerika dan dua tahun kemudian ia kembali menderita kekalahan dalam pemilihan yang sama. Kegagalan masih berlanjut, pada tahun 1848 lagi-lagi ia kalah di Kongres. Dan tahun 1855 kalah lagi disenat Amerika. Setahun kemudian, dia kembali gagal dalam pemilihan wakil Presiden Amerika. Pada tahun 1860 dia akhirnya dipilih sebagai Presiden di negeri adi kuasa itu. Dialah Abraham Lincoln, sampai sekarang, dia menjadi salah satu pemimpin besar yang pernah lahir.
Dengan bermodalkan keberanian bermimpi dan ketekunan mencoba, banyak hal yang tadinya tidak terbayangkan sekalipun bisa tercapai. Bahkan Presiden Amerika Serikat yang terpilih Barack Obama, juga memperoleh pengggenapan mimpinya yang telah ia tetapkan sejak kecil. Pada usia 8 tahun, ia mengatakan bahwa kelak ia akan menjadi Presiden. Sekalipun berasal dari keturunan kulit hitam yang tidak mungkin duduk di kursi kepresidenan, ia tetap memiliki mimpi tiu. Pada tahun 2008, ia menjadi Presiden Amerika Serikat berkulit hitam.Beranilah bermimpi dan wujudkan.
[Written by: Markus Margono; Mahasiswa Ekstensi Sekolah Menulis Alkitabiah (SOW), Manajer HRD PT. Asia Paperindo Perkasa Batam]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar